Jika
anda berpikir kalau Garut itu hanya Cipanas, Papandayan, atau Cikuray saja,
pengetahuan wisata anda masih rendah, karena masih banyak pesona keindahan
Garut yang belum terjamah atau belum eksis di mata para traveler. Ini merupakan
salah satu pengalaman yang berkesan dalam perjalanan traveling saya karena
perjalanan ini low
budget high impact, saya hanya mengeluarkan biaya tidak lebih dari 50 ribu
rupiah, dan dengan kepuasan ber-traveling yang luar biasa, ini sangat rekomended.
Berangkat pada pagi hari saat dinginnya embun pagi sedang bersaing dengan
hangatnya pancaran cahaya matahari terbit, dari daerah Samarang Garut kami melaju, menggunakan sepeda motor. Setelah mengisi bensin sekitar 2 liter kami langsung mengarahkan pacu kuda beroda dua kami ke arah dataran tinggi di timur kota Garut. Bersama pancaran matahari pagi kami menyusuri kesibukan masyakat Garut pagi itu.
Sekitar 20 menit perjalanan suasana berubah dengan jalanan
aspal yang agak kecil ditemani asrinya pedesaan serta perkebunan penduduk
sekitar, rimbunnya pepohonan di kiri kanan jalan menambah kesejukan pagi itu.
Tanjakan- demi tanjakan kami pacu dengan sepeda motor hingga terlihat
pemandangan perbukitan yang indah, Namun dibalik perbukitan yang berjajar
terdapat sebuah pemandangan unik, dari kejauhan terlihat sebuah puncak yang
berbentuk kerucut, yang menggambarkan bukit yang bentuknya persis seperti
piramid- piramid yang ada di Mesir. Semakin dekat semakin jelas hingga kami
bisa melihat bukit tersebut dengan sepenuhnya. Bukit itu berdiri sebatang kara,
tidak ada bukit- bukit lain di sekitarnya dan permukaan bukit yang hanya
ditumbuhi sedikit pepohonan menguatkan bentuk piramidnya. Melihat bentuk bukit
yang unik itu mungkin anda memiliki pertanyaan yang sama dengan saya, apakah
bukit tersebut benar- benar piramid yang merupakan peninggalan kuno atau hanya
sebuah kebetulan saja?, setelah mencari beberapa informasi, ternyata keunikan
bentuk tersebut hanya sebuah kebetulan saja, bukti tersebut tidak menyimpan
peninggalan- peninggalan kuno seperti yang diduga. Keunikan pesona bukit
piramid tersebut membuat kami memutuskan untuk berhenti sejenak dan
mengabadikan beberapa gambar sambil menikmati penorama bukit piramid yang
dikelilingi perkebunan panduduk dari ketinggian.
Dari tempat kami berhenti tadi terdapat papan petunjuk yang
mengisyaratak kalau tujuan kami tinggal 1 km lagi. Kami pun melanjutkan
perjalanan. Tak lama setelah itu gerbang masuk sudah terlihat. Sesampainya kami
di gerbang kami langsung memarkirkan sepeda motor dan menitipkan beberapa
barang- barang ke salah satu warung yang berjejer dan melanjutkan perjalanan
dengan berjalan kaki.
Sepanjang jalan kami di suguhkan dengan penampakan fauna-
fauna unik khas hutan belantara. Sekitar 15 menit berjalan kaki tanpa rasa
letih, terdengar suara riuh sungai dari balik semak- semak, kami berusaha
mencari jalan menuju ke sumber suara tersebut. Dan di balik pepohonan di bawah
penurunan kami melihat sebuah aliran sungai yang penuh dengan bebatuan yang di
aliri air yang berwarna putih bersih, pemandangan ini menandakan tempat yang
kami tuju sudah dekat, rasa tak sabaran kami membuat kami tidak bisa berlama-
lama di tempat itu, dan kami langsung melanjutkan perjalanan. Satu lagi
keunikan alam yang kami dapati pada perjalanan ini, sungguh perjalanan yang low budget hight
impact.
Hanya dalam hitungan menit saja dari perhentian kami tadi,
sebuah pemandangan yang hampir sama terlihat lagi, namun dalam bentuk yang
berbeda. Dan ini lah “Talaga bodas”. Sebuah danau yang berwarna putih dengan
kebulan asap di atas permukaannya, menandakan suhu air disana sangat panas,
dan tepian tanah cadas yang juga berwarna putih dengan dikelilingi perbukitan
hijau di sekilillngnya. Di pinggir- pinggir danau terdapat hutan mati yang
berwarna hitam, pemandanggan ini seperti siaran televisi pada zaman 70-an,
putih- hitam. Pemandangan putih- hitam yang menakjubkan dengan tambahan
ilalang- ilalang hijau di sisi danau yang lain. Setelah mengambil beberapa
gamabar dengan rasa penasaran kami mendekati tepian danau, disana terlihat
gelembung- gelembung udara yang bersumber dari permukaan danau. Gelembung-
gelembung tersebut adalah gelembung gas yang berasal dari bawah danau, ya boleh
dibilang gas bumi. Setelah puas dengan pemandangan Talaga bodas yang
menakjubkan ini, kami langsung bergegas melanjutkan perjalanan, karena masih
banyak objek- objek lain yang harus kami datangi. Kami kembali melanjutkan
perjalanan dengan mengikuti jalan setapak di pinggiran danau. Tak lama berjalan
sampailah kami di sebuah pemandian air panas dengan fasilitas yang sudah
memadai, disana terdapat 3 kolam besar dengan kedalaman yang berbeda- beda, dan
lagi- lagi memiliki air yang berwarna putih. Tapi di sana kami hanya lewat
karena ada objek yang harus kami datangi terlebih dahulu.
Kembali melanjutkan perjalanan, agak menanjak dan masuk lagi
ke area hutan dengan pepohonan yang menjulang. Sekitar 15 menit, kami sudah
berada di sebuah curug (air terjun) dengat bebatuan yang agak berlumut. Curug
yang tidak terlalu luas namun cukup untuk sekedar tempat membersihkan diri dan
bersantai sejenak. Tapi ada yang unik dari curug ini, air di curug ini terasa
sangat dingin, berbanding terbalik dengan air- air lain yang telah kami lewati
tadi. Dengan disinari matahari pagi menjelang siang, kami beristirahat sejenak
sambil menikmati pemandian di tengah hutan tersebut. Dari curug juga dapat
terlihat permukaan Talaga bodas dengan kepulan- kepulan asap putih di atasnya.
Suhu disini cocok sekali dengan kondisi alam seperti ini, pepohonan rimbun di
dataran tinggi.
Setelah puas bersih- bersih di curug, dengan suhu tubuh yang
hampir sama dengan suhu air curug tadi, kami berencana langsung merendam diri
di pemandian air panas. Setelah mengemas barang- barang dengan bertelanjang
dada kami bergegas menuruni jalan dan melewati semak- semak ke arah pemandian
air panas yang kami lewati tadi, sesampainya di pemandian hangatnya air telah
menunggu kami. Dengan perlahan kami merendamkan sedikit- demi sedikit anggota
tubuh hingga semuanya terbiasa dengan panas air belerang yang nikmat ini.
Sambil berendam di pemandian air panas ini anda bisa mendapatkan view Talaga bodas
dengan sempurna.
Berendam di air panas belerang khas Talaga bodas menjadi cara
kami untuk mengakhiri traveling kali ini, setelah menikmati panorama bukit
piramid, tergugah dengan gemuruh aliran sungai yang putih, memanjakan mata
dengan pesona putih- hitamnya Talaga bodas, hingga merasakan panas- dinginnya
sumber- sumber air di Talaga bodas.
Bahkan saat perjalanan pulangpun kami masih di kejutkan
dengan atraksi yang jarang kami temukan. Saat kami berjalan mengikuti jalan
setapak di pinggiran danau, saya melihat jalan kecil ke balik semak- semak ke
arah tepian danau, saya pun mengikuti jalan tersebut, teman- teman yang lain
mengikuti dari belakang, jalan itu berujung di sebuah tempat yang luasnya
sekitar seperempat lapangan sepak bola berupa padang rumput (seperti lahan
gambut) yang tumbuh di atas permukaan Talaga bodas, jika anda sedang tidak
ingin berbasah- basahan lagi maka anda tidak bisa hanya berdiri diam di tempat
ini, karena ketika anda menginjakkan kaki maka permukaan air akan naik ke atas
karena pijakan anda akan tenggelam ke bawah permukaan air. Yang lebih
mengejutan lagi ternyata air di bawah rerumputan ini tidak panas sama sekali,
meskipun masih sepermukaan dengan danau Talaga bodas. Nah ini baru akhir dari
perjalanan kami, mengabadikan beberapa view dan pulang
dengan membawa banyak pengalaman seru.
Selanjutnya biar Gambar yang bercerita.. maaf kualitas
gambarnya kurang baik, karena masih dari kamera android generasi awal hehe
Comments
Post a Comment