Bagi kalian yang suka berwisata ke kota Bandung atau sedang
menyusun rencana untuk melakukan wisata ke kota ini, disarankan bagi anda untuk
mencari beberapa referensi atau informasi supaya anda bisa menikmati kegiatan
wisata anda secara maksimal.
Jika anda pernah berwiasata ke kota Bandung apalagi pada saat
weekend pasti anda sering terjebak kemacetan, apalagi jika anda yang bertujuan
ke daerah lembang, sangat besar kemungkinannya anda akan terjebak macet di
daerah Sukajadi/ Cipaganti sampai Daerah Setiabudhi atas, itu jka anda sedang
beruntung namun pada suatu waktu anda bisa terjebak macet sampai ke kota
Lemang. Bagi anda yang pergi bersama keluarga yang jarang berkunjung ke Bandung
mungkin nyaman- nyaman saja terjeba macet, karena bisa sekalian melihat dan
merasakan suasana kota Bandung dari kemacetan, tapi bagi anda yang sering ke
Bandung atau berdomisisi tidak jauh dari Bandung apalagi pergi bersama teman-
teman sebaya mungkin hal ini bisa menjadi kedala besar.
Namun diluar semua itu disini saya akan memberi anda satu pilihan
berwisata di kota Bandung, dan sangat rekomended bagi
kalian para traveler sejati.
Perjalanan kami mulai pada sabtu petang sekitar jam
18:30 dari daerah Gegerkalong Setiabudhi, Bandung, setelah mengemas beberapa
barang yang diperlukan kami pun mulai menarik pacu kendaraan kami ke arah timur
kota Bandung, kami mengambil rute jalan- jalan
utama kota Bandung, menembus ramainya Cipaganti naik ke fly-over Pasupati hingga memberikan salam ke arah gedung
utama kota Bandung, menembus ramainya Cipaganti naik ke fly-over Pasupati hingga memberikan salam ke arah gedung
Sate yang sudah mulai di terangi oleh kelap- kelip ibukota
tanah pasundan. Suasana malam itu tidak beda dengan seperti biasanya, ramai dan
sesekali terjadi tumpukan kendaraan di beberapa persimapangan lampu merah.
Setelah beberapa menit dari gedung Sate kami berbelok ke arah kanan memasuki
sebuah jalan yang lebih kecil dari jalanan utama, melewati beberapa tikungan
dan tanjakan hingga terlihat kelap- kelip lampu taman di atas bukit, dan
itulah tujuan utama kami pada malam itu. Bukit Moko, dan Bukit Bintang, sebuah
destinasi wisata yang terdapat di ketinggian Bandung, dari tempat ini anda bisa
mendapatkan view city light Bandung dengan sempurna, jika anda
datang sekitar pukul 18:00 maka anda bisa melihat cahaya dari Kota Bandung
menyala secara berurutan seperti ombak.
Perjalanan ke sini agak cukup sulit, layaknya mendaki
gunung, namun sedikit berbeda karena beban yang digantungkan pada kedua kaki
pada saat mendaki gunung akan digantikan oleh keserasian ban dan mesin
kendaraan anda. Jalanan disini cukup menanjak, bahkan beberapa tanjakannanya
bisa dibilang sangat terjal, apalagi bagi pengguna motor. Sama halnya dengan
perjalanan kami saat itu, perjalanan kami sedikit terhambat oleh masalah teknis
dari beberapa motor yang kami tunggangi, masalah yang sering timbul adalah
kurangnya tenaga motor dalam penanjakan, sehingga harus menguruangi beban motor
agar kuat melewati tanjakan. Namun hal tersebut tidak mengurangi niat kami agar
bisa sampai ke puncak Moko. Tapi dibalik itu semua , sepanjang tanjakan-
tanjakan tadi kami dimanjakan oleh kerlap- kerlip cahaya lampu kota Bandung,
yang seakan menyemangati kami untuk terus mendaki.
Namun lepas dari segala tanjakan- tanjakan tadi
kerlap- kerlip puncak Moko sudah menyambut kami, setelah memarkir motor, kami
langsung melanjutkan perjalana dengan berjalan kaki, sekitar 30 m. Jalanan
sebelmun sampai di gerbang puncak Moko dan Bukit Bintang ini dihiasi oleh
warna- warni lampu jalan yang menawan, sehingga perjalnan sering terhenti
karena ingin mengabadikan beberapa gambar. Tak lama setelah itu kami telah
sampai di loket karcis masuk ke kawasan wiasata Bukit Moko. Setelah membayar
uang karcis sebesar Rp. 7,000.- kami pun langsung menyiapkan peralatan
dokumentasi, dari tempat loket tadi untuk sampai di titik terbaik view city
light Bandung kami harus berjalan sekitar 10 m lagi, dengan track sedikit
menanjak. Hingga sampailah kami di tujuan kami yang pertama, yaitu Puncak Moko,
tepat pukul 21:30. Saat itu view kearah Bandung sangat bersih, sehingga
dapat terlihat jelas kerlap- kerlip cahaya kota Bandung. Setelah puas menikmati
city light Bandung, sedikit kami beranjak ke arah hutan pinus, untuk
menikmati sensasi camping di pepohonan pinus, karena kami tidak membawa
peralatan camping kami hanya duduk dan bercanda tawa bersama di tengah
hutan pinus yang di terangi rembulan kala itu. Kurang lebih pukul 23:00 kami
beranjak meninggalkan destinasi tersebut untuk melanjutkan perjalanan ke
destinasi berikutnya.
Kembali malanjutkan perjalanan ke daerah Setiabudhi,
melalui akses yang sama, dengan ditemani suasana malam minggu Bandung kala itu,
ramai sekali. Sebelum meanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya kami mampir
sebentar ke salah satu kediaman teman di daerah Gegerkalong untuk sedikit
mengisi perut sambil beristirahat sejenak.
Waktu tepat menunjukan pukul 01:00, saatnya berkemas untuk
melanjutkan trip. Perjalanan ke destinasi berikut ini sedikit agak menantang,
iya menantang rasa dingin Lembang hingga perkebunan teh Subang pada tengah
malam, namun hal itu tidak menciutkan nyali kami untuk segera melanjutkan
perjalanan. Setelah menggunakan pakaian dingin secukupnya kami langsung memacu
kendaraan kami ke arah utara kota Bandung. Destinasi yang kedua ini cukup jauh,
jika ditempuh dengan kecepatan normal (60 km perjam) bisa memakan waktu 3 jam.
Maka dengan tetap memperhatikan keamanan berkendara kami sedikit memacu laju
kendaraan, mengingat jalanan waktu itu sangat sepi, hanya beberapa kendaraan
saja yang berlalu- lalang. Ketika tiba di kpta Lembang, kami berhenti sejenak
untuk membeli beberapa logistik dan mengisi bensin. Setelah semuanya selesai
kami kembali meanjutkan perjalanan.
Setelah melewati gelapnya hutan pinus dikiri- kanan
jalan, dan melewati Tangkuban Perahu, tak terasa perjalanan kami telah memakan
waktu sekitar dua jam, dengan kecepatan kami tadi, itu tandanya tujuan kami sudah
tidak jauh, dan tak lama setelah itu, gerbang tempat tujuan kami sudah terihat.
Dan ini lah Wisata Air Panas Alam “Sari Ater”. Tanpa menunggu lama kami
langsung memarkir kendaraan kami, namun pada saat itu kami tidak memarkir
kendaraan kami di dalam kawasan wisata Sari Ater, karena budgetnya yang menurut
kami terlalu mahal untuk waktu yang sudah selarut ini, maka kami memutuskan
untuk parkir di luar, tepatnya sebelah kanan gerbang Sari Ater.
Setelah membayar uang masuk sebesar 20 rb per orang.
Kami langsung mencari tempat pemandian untuk kami berempat. Dinginnya tengah
malam itu tidak menyururtkan niat kami utnuk berendam di kolam yang di penuhi
oleh air yang hampir mendidih ini. Tepat pada pukul 03:00, tubuh kami yang
tadinya setengah menggigil sekarang sudah di hangatkan oleh panasnya air panas
alami dari Sari Ater.
Di sini terdapat banyak kolam yang bisa anda pilih
sendiri, namun setiap kolam memiliki suhu panas yang berbeda- beda. Semakin
anda ke bawah untu mencari kolam, maka suhu air nya semakin menurun juga. Saat
itu kami memilih kolam yang di atas, untuk mendapatkan sensasi panas yang luar
biasa, alasan lain kami memilih kolam tersebut karena ada air terjun kecilnya,
dengan berdiri di bawah air panas terjun ini, badan anda akan mendapatkan sensasi
pijit yang hangat dari derasnya hempasan air panas terjun ini.
Nikmatnya berendam di air panas alam dengan suhu udara
yang dingin membuat kami betah berlama- lama, hingga azan subuh berkumandang,
itu menandakan kami sudah berendam selama lebih dari satu jam. Setelah itu kami
meninggalkan kolam, membawa barang- barang, dan beranjak ke arah mushola.
Setelah bersih- bersih dan menunaikan kewajiban, tidak lupa kami mengambil
beberapa gambar, saat cahaya matahari sudah sedikti nampak kami langsung menuju
ke parkiran untuk kembali pulang ke Bandung.
Namun di tengah perjalanan pulang, indahnya jajaran
perkebunan teh yang di sinari cahaya matahari terbit kala itu, memaksa kami
untuk berhenti di sebuah warung jagung bakar untuk menikmati pesona pemandangan
perkebunan teh pagi itu, di temani teh hangat dan beberapa makanan yang kami
pesan. Sambil menunggu makanan yang kami pesan terhidang, kami mencoba menyusur
masuk ke perkebunan teh, untuk mengabadikan beberpa gambar. Hingga salah
seorang teman kami sadar bahwa makanan yang dipesanan sudah terhidang.
Setelah puas dengan pemandangan kebun teh pagi itu,
dan juga puas dengan makanan yang sudah dilahap habis, kami kembali melanjutkan
perjalanan pualng.
Dari perjalanan ini tidak banyak kendala yang kami
dapati, kalau pun ada itu hanya kendala kecil yang sama sekali tidak
mengahambat perjalanan kami untuk sampai ke destinasi- destinasi wisata kami
tadi.
Selanjutnya biar gambar yang bercerita:
Comments
Post a Comment