Skip to main content

"PULANG BASAMO" PULANG KAMPUNG ALA PERANTAU MINANG SUMATERA BARAT.

Bagi sebagian orang pulang ke kampung halaman adalah sebuah impian yang menjadi motivasi tersendiri untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Dengan membayangkan kita sedang berada di kampung halaman dan bertemu keluarga, teman- teman lama, bisa memberikan dorongan kepada pikiran untuk lebih semangat lagi dalam melakukan aktivitas sehari- hari. Kurang lebih itulah yang saya rasakan setelah sekian lama tidak pulang kampung, banyak pencapaian kecil ataupun besar yang saya raih semata- mata hanya untuk menambah bumbu saat bercakap dengan orang tua atau teman- teman lama di kampung nanti. Bukan hanya itu, pulang kampung juga mengajarkan kita bahwa waktu semakin cepat berjalan, bangunan- bangunan yang dulunya masih baru kini sudah terlihat usang, jalanan yang dulunya hanya selebar sajadah, kini sudah selebar musholla, perabot rumah yang dulu sangat tinggi kini hanya setinggi bahu. Namun  jika kita hanya diam di suatu tempat maka kita hanya akan di tenggelamkan dengan pikiran- pikiran imajin kita sendiri..



Nah, pada post saya kali ini, karena suasana pulang kampung belum lewat sebulan, maka saya
akan membagikan cerita pulang kampung saya kepada anda semua.. dari kota Bandung ke kabupaten Solok Sumatea Barat, dengan jarak tempuh lebih dari 1.400 km.
Untuk perjalanan pulang kampung kali ini saya tidak sendiri atau hanya dengan beberapa teman saja, namun dengan orang- orang yang satu tujuan dalam satu bus. Saya dan beberapa teman- teman yang menyusun itinerarynya. Dengan menggunakan satu bus pariwisata yang kami sewa dari salah satu PO. Bus di jakarta yang ternya salah seoang alumni jurusan saya bekerja di sana. Waktu tempuh yang kami perkirakan adalah 3 H 2 M, dengan jumlah maksimal pemberhentiannya 5 kali dalam satu hari satu malam.
Perjalanan start dari kampus utama UPI Bandung, sempat transit dulu di daerah Dipatiukur untuk mengambil penumpang, sekitar jam 2 siang kami sudah berada di tol Pasteur untuk meninggalkan kota Bandung.  Situasi lalin kala itu tidak begitu padat sehingga bus bisa melaju dengan cukup cepat. Menempuh jarak Bandung- Jakarta dengan waktu tempuh kurang dari 4 jam. Di Jakarta kami transit lagi di daerah kebon jeruk untuk menjemput bebrapa penumpang lagi. Cukup lama berhenti di salah satu SPBU d sana, dan sempat terjadi sedikti perdebatan antara kami dan pihak bus (supir) karena waktu tunggu yang terlalu lama, memang sih agak lama, karena ada diskomunikasi antara pihak penyelenggara perjalanan dengan para penumpang yang sedang kami tunggu ini. Namun jelang beberapa menit setelah usainya perdebatan penumpang yang kami tunggu pun datang, dan perjalanan secepatnya kami lanjutkan, mengingat situasi kepadatan di pelabuhan Merak yang sangat sulit di terka. Berdasarakan pengalaman, pada tahun 2013 , saking padatnya kendaraan yang mengantri untuk masuk ke kapal saat itu membuat penyebrangan kami tertunda hingga 6 jam, dan itu akan sangat berpengaruh besar bagi itinerary perjalanan kami, di tambah di beberapa wilayah di jalur lintas Sumatera yang memiliki waktu- waktu tertentu yang tidak baik utnuk di lewati, karena beberapa faktor.
Selepasnya kami dari ibukota Jakarta menuju ke pelabuhan merak, sempat terjebak di beberapa antrian kendaraan namun tidak terlalu memakan waktu lama. Sekitar 3 sampai 4 jam dari
pemberhentian terakhir tadi suasana pelabuhan sudah mulai terlihat, walaupun gelap pantulan cahaya- cahaya lampu kapal di permukaan perairan Merak sudah tampak. kami berhenti sebentar di sebuah Rumah Makan Minang utnuk makan malam, sekalian makan berat untuk berbuka kami hari itu.
Nasib berkata baik kepada kami malam itu. Situasi pelabuhan cendrung lengan, sehingga kami bisa langsung masuk antrian di pinggir dermaga untuk menunggu giliran masuk ke feri.

Suasana kapal feri saat meninggalkan pelabuhan Merak, hujan gerimis dan berangin.
Mendarat di atas feri sekitar jam 10 malam, memang sih agak di luar perencanaan, namun kami tetap optimis bisa sampai di kampung halaman pada waktunya. Di atas feri cukup beragam kegiatan yang bisa kita lakukan, di atas biasanya terdapat restaurant, restroom, VIP room, ruang tunggu dengan dengan fasilitaas yang memadai, caffe, hingga tempat yang luas untuk bermain- main bagi anak- anak atau sekedar tempat berfoto- foto. Sayang feri yang kami naiki saat itu agak kecil dan fasilitasnya agak kurang, tidak ada caffe dan sepertinya agak over capasity, semua tempat penuh dengan orang- orang. Sehigga tidak ada tempat untuk duduk, bahkan banyak orang- orang yang duduk bahkan makan di pinggir lorong tempat lewat penumpang, hal ini cukup memprihatinkan, karena sangat jauh dari standar kepuasan penumpang. Karena tidak ingin ikut berdesak- desakan kamipun pergi ke lantai paling atas ke arah parkiran luar dan mencari peneduhan di bawah sekoci yang tergantung dan  terkunci erat, mengingatkan pada saat itu cuaca kurang bersahabat. Hujan berangin dan petir.
Penyebrangan dari Merak ke Bakauheni memakan waktu kurang lebih 2 – 3 jam. Agak membosankan jika menyebrang malam hari, karena sedikti view yang bisa kita nikmati. Berbanding terbalik jika pada siang hari. Pada tahun lalu saya beruntung bisa menyebrang pada siang hari, tepatnya pagi hari, ketika matahari baru terbit. Sepanjang perjalanan anda bisa mendapati view- view keren yang rasanya sangat sayang kalau tidak di abadikan. Kalau anda beruntung anda bisa melihat atraksi lumba- lumba yang berenang mengiringi kapal kita berlayar.
Sekitar pukul 1 malam kami sudah merapat ke pelabuhan Bakauheni. Setelah memastikan setiap penumpang sudah lengkap, dan pintu keluar parkir feri sudah menyatu dengan dermaga pertanda satu persatu kendaraan dari dalam feri sudah mulai meninggalkan feri.
Saat menyusuri daratan Lampung, pada suatu daerah kami mendapati pemandangan yang berbeda, ada sebuah bangunan serupa candi yang berdiri di depan halaman perumahan warga. Rasa penasaran membuat saya bertanya kepada supir bus kami kala itu, jawaban yang saya tangkap, ternyata daerah in banyak di tempati oleh masyarakat keturunan Bali, yang merupakan hasil imigrasi beberapa dekade lalu, dan lama kelamaan populasi mereka semakin besar dan membawa kebudayaan mereka ke daratan lampung, sehingga banyak rumah- rumah warga yang di hiasi oleh bangunan- bangunan hasil peradaban Hindu- Budha ini. pemandangan ini cukup menghibur perjalanan kami, beberapa penumpang bus ikut mengabadikan beberap gambar.
Total selama perjalanan kami melewati 6 provinsi,  masing- masing 3 provinsi dari jawa dan sumatera. dan hampir dari tiap provinsi yang kami lewati, memiliki view yang unik, kebetulan pada perjalanan kali ini kami melalui jalur timur, dan katanya di banding jalur barat, jalur timur ini lebih aman, dan menurut pandangan saya, jalur timur jauh lebih menyenangkan jika dillihat dari segi perjalanannya. Hal ini juga dapat terlihat dari geografis kedua sisi sumatera ini, jika dilihat dari map, akan jelas terlihat, sisi barat Sumatera di penuhi oleh perbukitan, dan banyak melewati hutan belulang,  sebagai akibat dari patahan- patahan yang terjadi di samudera Hindia. 
Ada hal yang tidak dapat di temukan di perjalanan- perjalanan lain, latar belakang kami yang sama- sama perantauan yang hanya ingin pulang ke kampung membuat kami saling terikat satu sama lain di dalam bus. Suasana kekeluargaan sangat kental terasa, hingga apapun yang akan terjadi di luar bus, kami tidak merasa gentar. Setidaknya saya pernah merasakan apa yang sering orang- orang bilang, "jauh nampun dekat", suasana kekeluargaan yang sangat kental yang kami ciptkan membuat perjalanan kami yang mencapai jarak ribuan kilometerpun tidak terasa melelahkan sekali, bahkan banyak kenangan yang pantas untuk di kenang yang tercipta. Saat saya sampai di rumah saya coba mengecek berapa jauh jarak yang sudah saya tempuh dari Bandung ke rumah, ternyata jaraknya tidak kurang dari 1. 400 kilometer, sungguh jarak yang sama sekali tidak dekat. 

mungkin selanjutnya biar gambar dan Video yang menceritakan..

















Semua cerita tentang perjalanan ini, sudah tim Jejakapucin dokumentasikan dalam video ini..
tapi maaf kan atas kemiskinan kami yang tidak bisa membeli kode regristrasi aplikasi yang watermarknya ga bisa ilang ini..
dan satu lagi tips penting bagi kalian para traveler, ingat jangan teralu monoton dengan satu lensa kamera, buatlah foto- foto di galeri anda nanti lebih variatif, dan ternyata penemuan teknologi fisheye kurang mumpuni sebagai media dokumentasi traveling anda, kebanyakan foto- foto di atas di ambil menggunakan lensa fisheye, dan sangat tampak sekali kualitas foto yang kurang baik, karena di bagian tepi kurang jelas terlihat karena sedikit blur. 




Comments

  1. Permisi admin

    numpang promo yah bos
    Berjudi di dewalotto menang terus dengan jackpot jutaan rupiah setiap hari
    bagi yang bingung main judi kalah terus yuk di coba d sini :

    www.dewalotto.club

    sillahkan di coba Keberuntungan nya bos dalam bermain di dewalotto.club
    Dengan min DP 20rb & WD 20rb bos bisa memenangkan permainan Chip Rupiah Asli loh !

    Untuk Info selengkapnya Hubungi kami di :

    WHATSAPP : ( +855 69312579 ) 24 JAM ONLINE

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

LINTAS JALUR GUNUNG GEDE (PUTRI-CIBODAS)

Sebuah kutipan berbunyi "Bukan Gunung yang kita taklukan, melainkan diri kita sendiri", begitulah pesan yang membekas dari perjalanan kali ini. 

BANDUNG RASA BELITUNG; KEDAI KOPI KONG DJIE BANDUNG

PEMBUKA Sewaktu saya berkesampatan main ke Belitung akhir 2016 lalu, ada dua hal menarik yang saya perhatikan   sepanjang perjalanan menuju satu destinasi ke destinasi lain, yaitu lengangnya jalanan dan ramainya kedai kopi. Hampir setiap bangunan umum disini (khususnya di daerah kota) pasti didiami juga oleh satu kedai kopi. Kedai kopi disini bukan seperti kedai- kedai kopi yang lebih seperti warung kopi pada umumnya, yang varian kopinya hanya mengikuti varian yang dikeluarkan oleh merek- merek kopi “sobek”. Tapi kedai- kedai kopi disini menghidangkan kopi- kopi yang diracik langsung oleh pembuatnya di kedai kopi tersebut. Usut- punya usut (hmm kata- kata yang familiar), masyarakat Belitung dan kopi ternyata sudah memiliki hubungan yang erat dari dulu, ada istilah yang yang mengatakan “tiada hari tanpa ngopi di Belitung” (lambung orang- orang Belitung kuat- kuat semua ya). Namun saya tidak akan berceriat lebih dalam tentang masyarakat Belitung dan Kopi, karena teman- te...

"KOMUNITAS TRAVEL BLOGGER INDONESIA"

Berbicara tentang komunitas blogger rasanya masih agak asing bagi saya, pengalaman saya tentang bloging yang bisa dibilang masih sangat dini membuat saya belum banyak tahu tentang komunitas yang satu ini, ya mau tidak mau sih, sebagai “pekerja” bloging rasanya tidak mungkin bisa berdiri sendiri tanpa adanya Network yang baik. Jika di bawakan kepada arti kata Komunitas itu sendiri dapat diartikan sebagai tempat atau forum berkumpulnya beberapa orang dengan hobby dan atau latar belakang maksud yang sama sebagai cara untuk saling berbagi dan bertukar pengalaman satu sama lain, dari komunitas ini kita bisa mendapatkan banyak hal yang memiliki andil besar untuk perkembangan bidang anda. Tidak hanya itu dari bergabungnya kita dengan