Bagi sebagian orang pulang
ke kampung halaman adalah sebuah impian yang menjadi motivasi tersendiri untuk
mencapai kesuksesan di masa depan. Dengan membayangkan kita sedang berada di
kampung halaman dan bertemu keluarga, teman- teman lama, bisa memberikan dorongan
kepada pikiran untuk lebih semangat lagi dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Kurang lebih itulah yang saya rasakan setelah sekian lama tidak pulang
kampung, banyak pencapaian kecil ataupun besar yang saya raih semata- mata
hanya untuk menambah bumbu saat bercakap dengan orang tua atau teman- teman
lama di kampung nanti. Bukan hanya itu, pulang kampung juga mengajarkan kita
bahwa waktu semakin cepat berjalan, bangunan- bangunan yang dulunya masih baru
kini sudah terlihat usang, jalanan yang dulunya hanya selebar sajadah, kini
sudah selebar musholla, perabot rumah yang dulu sangat tinggi kini hanya
setinggi bahu. Namun jika kita hanya
diam di suatu tempat maka kita hanya akan di tenggelamkan dengan pikiran-
pikiran imajin kita sendiri..
akan membagikan cerita pulang kampung saya kepada anda semua.. dari kota Bandung ke kabupaten Solok Sumatea Barat, dengan jarak tempuh lebih dari 1.400 km.
Untuk perjalanan pulang
kampung kali ini saya tidak sendiri atau hanya dengan beberapa teman saja,
namun dengan orang- orang yang satu tujuan dalam satu bus. Saya dan beberapa
teman- teman yang menyusun itinerarynya. Dengan menggunakan satu bus pariwisata
yang kami sewa dari salah satu PO. Bus di jakarta yang ternya salah seoang
alumni jurusan saya bekerja di sana. Waktu tempuh yang kami perkirakan adalah 3
H 2 M, dengan jumlah maksimal pemberhentiannya 5 kali dalam satu hari satu
malam.
Perjalanan start dari
kampus utama UPI Bandung, sempat transit dulu di daerah Dipatiukur untuk
mengambil penumpang, sekitar jam 2 siang kami sudah berada di tol Pasteur untuk
meninggalkan kota Bandung. Situasi lalin
kala itu tidak begitu padat sehingga bus bisa melaju dengan cukup cepat. Menempuh
jarak Bandung- Jakarta dengan waktu tempuh kurang dari 4 jam. Di Jakarta kami
transit lagi di daerah kebon jeruk untuk menjemput bebrapa penumpang lagi.
Cukup lama berhenti di salah satu SPBU d sana, dan sempat terjadi sedikti
perdebatan antara kami dan pihak bus (supir) karena waktu tunggu yang terlalu
lama, memang sih agak lama, karena ada diskomunikasi antara pihak penyelenggara
perjalanan dengan para penumpang yang sedang kami tunggu ini. Namun jelang
beberapa menit setelah usainya perdebatan penumpang yang kami tunggu pun
datang, dan perjalanan secepatnya kami lanjutkan, mengingat situasi kepadatan
di pelabuhan Merak yang sangat sulit di terka. Berdasarakan pengalaman, pada
tahun 2013 , saking padatnya kendaraan yang mengantri untuk masuk ke kapal saat
itu membuat penyebrangan kami tertunda hingga 6 jam, dan itu akan sangat
berpengaruh besar bagi itinerary perjalanan kami, di tambah di beberapa wilayah
di jalur lintas Sumatera yang memiliki waktu- waktu tertentu yang tidak baik
utnuk di lewati, karena beberapa faktor.
Selepasnya kami dari
ibukota Jakarta menuju ke pelabuhan merak, sempat terjebak di beberapa antrian
kendaraan namun tidak terlalu memakan waktu lama. Sekitar 3 sampai 4 jam dari
pemberhentian terakhir tadi suasana pelabuhan sudah mulai terlihat, walaupun gelap pantulan cahaya- cahaya lampu kapal di permukaan perairan Merak sudah tampak. kami berhenti sebentar di sebuah Rumah Makan Minang utnuk makan malam, sekalian makan berat untuk berbuka kami hari itu.
pemberhentian terakhir tadi suasana pelabuhan sudah mulai terlihat, walaupun gelap pantulan cahaya- cahaya lampu kapal di permukaan perairan Merak sudah tampak. kami berhenti sebentar di sebuah Rumah Makan Minang utnuk makan malam, sekalian makan berat untuk berbuka kami hari itu.
Nasib berkata baik kepada
kami malam itu. Situasi pelabuhan cendrung lengan, sehingga kami bisa langsung
masuk antrian di pinggir dermaga untuk menunggu giliran masuk ke feri.
Mendarat di atas feri
sekitar jam 10 malam, memang sih agak di luar perencanaan, namun kami tetap
optimis bisa sampai di kampung halaman pada waktunya. Di atas feri cukup
beragam kegiatan yang bisa kita lakukan, di atas biasanya terdapat restaurant,
restroom, VIP room, ruang tunggu dengan dengan fasilitaas yang memadai, caffe,
hingga tempat yang luas untuk bermain- main bagi anak- anak atau sekedar tempat
berfoto- foto. Sayang feri yang kami naiki saat itu agak kecil dan fasilitasnya
agak kurang, tidak ada caffe dan sepertinya agak over capasity, semua tempat
penuh dengan orang- orang. Sehigga tidak ada tempat untuk duduk, bahkan banyak
orang- orang yang duduk bahkan makan di pinggir lorong tempat lewat penumpang,
hal ini cukup memprihatinkan, karena sangat jauh dari standar kepuasan
penumpang. Karena tidak ingin ikut berdesak- desakan kamipun pergi ke lantai
paling atas ke arah parkiran luar dan mencari peneduhan di bawah sekoci yang tergantung
dan terkunci erat, mengingatkan pada
saat itu cuaca kurang bersahabat. Hujan berangin dan petir.
Penyebrangan dari Merak ke
Bakauheni memakan waktu kurang lebih 2 – 3 jam. Agak membosankan jika menyebrang
malam hari, karena sedikti view yang bisa kita nikmati. Berbanding terbalik
jika pada siang hari. Pada tahun lalu saya beruntung bisa menyebrang pada
siang hari, tepatnya pagi hari, ketika matahari baru terbit. Sepanjang perjalanan
anda bisa mendapati view- view keren yang rasanya sangat sayang kalau tidak di
abadikan. Kalau anda beruntung anda bisa melihat atraksi lumba- lumba yang berenang mengiringi kapal kita berlayar.
Sekitar pukul 1 malam kami
sudah merapat ke pelabuhan Bakauheni. Setelah memastikan setiap penumpang sudah
lengkap, dan pintu keluar parkir feri sudah menyatu dengan dermaga pertanda
satu persatu kendaraan dari dalam feri sudah mulai meninggalkan feri.
Saat menyusuri daratan Lampung, pada suatu daerah kami mendapati pemandangan yang berbeda, ada sebuah bangunan serupa candi yang berdiri di depan halaman perumahan warga. Rasa penasaran membuat saya bertanya kepada supir bus kami kala itu, jawaban yang saya tangkap, ternyata daerah in banyak di tempati oleh masyarakat keturunan Bali, yang merupakan hasil imigrasi beberapa dekade lalu, dan lama kelamaan populasi mereka semakin besar dan membawa kebudayaan mereka ke daratan lampung, sehingga banyak rumah- rumah warga yang di hiasi oleh bangunan- bangunan hasil peradaban Hindu- Budha ini. pemandangan ini cukup menghibur perjalanan kami, beberapa penumpang bus ikut mengabadikan beberap gambar.
Total selama perjalanan kami melewati 6 provinsi, masing- masing 3 provinsi dari jawa dan sumatera. dan hampir dari tiap provinsi yang kami lewati, memiliki view yang unik, kebetulan pada perjalanan kali ini kami melalui jalur timur, dan katanya di banding jalur barat, jalur timur ini lebih aman, dan menurut pandangan saya, jalur timur jauh lebih menyenangkan jika dillihat dari segi perjalanannya. Hal ini juga dapat terlihat dari geografis kedua sisi sumatera ini, jika dilihat dari map, akan jelas terlihat, sisi barat Sumatera di penuhi oleh perbukitan, dan banyak melewati hutan belulang, sebagai akibat dari patahan- patahan yang terjadi di samudera Hindia.
Ada hal yang tidak dapat di temukan di perjalanan- perjalanan lain, latar belakang kami yang sama- sama perantauan yang hanya ingin pulang ke kampung membuat kami saling terikat satu sama lain di dalam bus. Suasana kekeluargaan sangat kental terasa, hingga apapun yang akan terjadi di luar bus, kami tidak merasa gentar. Setidaknya saya pernah merasakan apa yang sering orang- orang bilang, "jauh nampun dekat", suasana kekeluargaan yang sangat kental yang kami ciptkan membuat perjalanan kami yang mencapai jarak ribuan kilometerpun tidak terasa melelahkan sekali, bahkan banyak kenangan yang pantas untuk di kenang yang tercipta. Saat saya sampai di rumah saya coba mengecek berapa jauh jarak yang sudah saya tempuh dari Bandung ke rumah, ternyata jaraknya tidak kurang dari 1. 400 kilometer, sungguh jarak yang sama sekali tidak dekat.
mungkin selanjutnya biar gambar dan Video yang menceritakan..
Semua cerita tentang perjalanan ini, sudah tim Jejakapucin dokumentasikan dalam video ini..
tapi maaf kan atas kemiskinan kami yang tidak bisa membeli kode regristrasi aplikasi yang watermarknya ga bisa ilang ini..
dan satu lagi tips penting bagi kalian para traveler, ingat jangan teralu monoton dengan satu lensa kamera, buatlah foto- foto di galeri anda nanti lebih variatif, dan ternyata penemuan teknologi fisheye kurang mumpuni sebagai media dokumentasi traveling anda, kebanyakan foto- foto di atas di ambil menggunakan lensa fisheye, dan sangat tampak sekali kualitas foto yang kurang baik, karena di bagian tepi kurang jelas terlihat karena sedikit blur.
dan satu lagi tips penting bagi kalian para traveler, ingat jangan teralu monoton dengan satu lensa kamera, buatlah foto- foto di galeri anda nanti lebih variatif, dan ternyata penemuan teknologi fisheye kurang mumpuni sebagai media dokumentasi traveling anda, kebanyakan foto- foto di atas di ambil menggunakan lensa fisheye, dan sangat tampak sekali kualitas foto yang kurang baik, karena di bagian tepi kurang jelas terlihat karena sedikit blur.
Permisi admin
ReplyDeletenumpang promo yah bos
Berjudi di dewalotto menang terus dengan jackpot jutaan rupiah setiap hari
bagi yang bingung main judi kalah terus yuk di coba d sini :
www.dewalotto.club
sillahkan di coba Keberuntungan nya bos dalam bermain di dewalotto.club
Dengan min DP 20rb & WD 20rb bos bisa memenangkan permainan Chip Rupiah Asli loh !
Untuk Info selengkapnya Hubungi kami di :
WHATSAPP : ( +855 69312579 ) 24 JAM ONLINE